Jumat, 18 Desember 2015

Funfiction Boyfriend My Lady Chapter 8

Annyeong befideul.. haduh Jeongmal Mianhae, Gara-gara kepotong UAS alur nya lupa >_< . Tapi untungnya imajinasi nya terhubung kembali dan Rikha bisa melanjutkan Alur nya hihi.. Ya udh pidato nya sekian dulu. Silahkan baca ;)

"My Lady"

Chapter 8

*Cast 

-Jo KwangMin

-Jo HyunMin

-No Minwoo

-Kim Donghyun

-Lee Jeongmin

-Shin Hyunseong

-You as Jung Hyo Bin

-Park Ah Byul

-Kim Jungkook

Rating = 13 th

Genre = Comedy,Romance,           Konflik.


"Tetaplah di belakang ku, kau akan aman! Aku mohon kali ini kau jangan menolak. Tetaplah bersama ku, biarkan kan aku melindungi mu, Jung Hyo Bin". KwangMin menarik tangan Hyo Bin agar Hyo Bin mendekat ke pelukan nya.

"Lepaskan!". Ucap Hyo Bin, tapi tubuh nya tidak memberontak. Rasanya tubuh nya nyaman berada di pelukan KwangMin. Air mata Hyo Bin menetes, entah lah apakah itu air mata kesedihan atau kebahagiaan karena seseorang ingin melindungi nya.

Tanpa mereka sadari Kim Joyoung sekretaris Tuan Jo memvidiokan mereka, untuk di berikan pada Tuan Jo.

My Lady
Chapter 8

Aku ingin seperti duri di tangkai bunga mawar itu, Aku ingin melindungi bunga itu, agar siapapun tidak dapat mengambil nya, aku tidak akan segan-segan melukai siapa saja yang mengambil atau merusak bungan mawar itu

~~~

Busan, South Korea
Tuan Jo sedang memperhatikan Video yang ia dapatkan dari sekretaris nya, melalui email. Karena ia sedang tidak ada di seoul melainkan di Busan. Ia sedang bertemu dengan rekan kerja nya disana, Sebentar lagi ia dan rekan kerja nya akan mengeluarkan produk Handphone terbaru.

Handphone tuan Jo yang tengah tergeletak di samping laptop nya berdering, sebuah panggilan masuk dari sekretaris nya. Ia pun meraih handphone tersebut. "Ya aku sudah melihat nya". Ujar Tuan Jo, setelah handphone menempel di telinga nya.

"Aku sedikit terkejut, aku sudah menduga ini akan terjadi. Haha, tapi aku sudah menyiapkan rencana jika hal ini terjadi. Besok aku akan kembali ke seoul".

*pip
Tuan Jo mengakhiri sambungan telepon nya. Lalu tersenyum sinis. "Gadis itu akan menjadi rumput liar yang mengganggu masa depan anak-anak ku".

***

Mentari telah muncul, burung-burung berkicau dengan indah nya. Sinar matahari menembus masuk ke kamar Hyo Bin, tapi Hyo Bin masih saja memejam kan mata nya. Pintu terbuka, terlihat KwangMin masuk ke dalam kamar Hyo Bin, dan tersenyum saat melihat Hyo Bin masih tertidur pulas. Ia pun perlahan berjalan mendekati ranjang Hyo Bin.

"Hei pelayan, apakan kau lupa dengan tugas mu?". Ucap KwangMin bekacak pinggang, memperhatikan Hyo Bin yang mulai terganggu oleh suara nya.

Hyo Bin membuka mata nya, dan terkejut melihat KwangMin berada di kamar nya.
"Hah astaga, Yak! KwangMin-ssi kenapa kau berada di kamar ku".
Hyo Bin mengoceh sambil merapihkan rambut nya, dan mengusap-usap wajah nya, sepertinya ia tidak ingin terlihat jelek saat ini, karena ia bangun tidur tentu saja penampilannya acak-acakan seperti singa.

"Yak! Memang nya kenapa, ini kan rumah ku. Jadi aku bebas".

Mendengar itu Hyo Bin hanya mendengus kesal. KwangMin sedikit tertawa, melihat ekspresi Wajah Hyo Bin. KwangMin memang senang sekali jika Hyo Bin sudah kesal padanya.

"Dasar jelek. Cepat usap air liur mu itu". Ucap KwangMin lalu berjalan pergi.

"Hah?". Hyo Bin terkejut malu mendengar nya, ia segera mengambil cermin yang berada di laci nakas nya, lalu bercermin.
"Hah benar, ini memalukan". Ucap Hyo Mengusap-usap sekitar bibir nya.

***

Hari ini adalah ujian pertama di sekolah Jeguk High school . Semua siswa tentu sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian yang menentukan mereka ke jenjang pendidikan selanjutnya. Pelajaran pertama hari ini adalah matematika, pelajaran Favorit KwangMin, dan pelajaran yang sangat di benci oleh Hyo Bin.

"Hmm pelajaran ini, melihat soal nya saja sudah membuat ku pusing". Keluh Hyo Bin memperhatikan 50 soal yang di buat oleh mentri pendidikan dengan sangat cantik, untuk menguji kemampuan otak mereka.

HyunMin, hmm pelajaran matematika atau yang lainnya tidak pernah menyulitkan dirinya. Dia memang terlahir jenius. Tak satu pun soal yang membuat dirinya kesulitan. Semua soal ia kerjakan dengan baik, apalagi ia sering belajar bersama dengan Hyo Bin, tentu saja ia akan mendapatkan nilai yang maksimal. Tidak belajar saja sudah membuat dirinya loncat kelas, apalagi kalau belajar. 50 soal matematika itu pasti benar semua haha.

Park Ah Byul, dekat dengan HyunMin. Tentu saja dia juga pintar, HyunMin selalu menjelaskan ulang jika ada materi yang tidak ia mengerti.

Minwoo, Jeongmin, Hyunseong, dan Donghyun. Mereka juga tak kalah pintar nya dengan murid yang lainnya, selain anak orang kaya, dan memiliki kharisma yang tampan, mereka juga memiliki prestasi yang bagus.

Satu jam waktu yang telah di berikan untuk menyelesaikan 50 soal matematika itu pun habis. Semua murid mengumpulkan lembar jawaban nya, kemudian istirahat.

"Arghh.. benar-benar soal soal itu ingin membunuh otak ku". Omel Hyo Bin yang sedang berkumpul bersama KwangMin dan kawan-kawan. KwangMin yang berada di sebelahnya menempelkan minuman dingin ke kepala nya.

"Ahh ide bagus". Ucap Hyo Bin mengambil minuman dingin nya dari tangan KwangMin dan menempelkan nya terus di kepalanya.

"Menurut ku soal-soal itu terlalu mudah, aku bisa menyelesaikan nya dengan waktu 30 menit". Ucap HyunMin bangga, semua teman-teman nya melirik ke arah nya.

"Ya aku tau kau memiliki IQ yang tinggi, sehingga kau tidak harus mati-matian untuk bisa naik kelas, dan kau seenak nya langsung duduk di kelas tiga tanpa harus melewati pembelajaran mu di kelas dua". Ucap Donghyun.

"Sebenarnya alasan aku menyetujui untuk naik kelas adalah Ah Byul, dia yang membuat ku ingin duduk di kelas tiga. Dan betapa beruntung nya aku bisa satu kelas dengan nya". Batin HyunMin.

"Hyo Bin, semangat untuk ujian selanjutnya. Fisika". Ucap Minwoo mengangkat kepalan tangan nya, dan mengayunkan nya dengan penuh semangat.

Hyo Bin sedikit senang melihat Minwoo menyemangati dirinya.

***
Seoul,South Korea
"Apa yang akan anda lakukan Tuan?". Tanya Sekretaris Kim di ruang kerja nya, yang kini sudah berada di rumah.

"Aku akan mengusir Hyo Bin , dan mencari tempat tinggal nya sendiri. Tapi untuk beasiswa yang sudah aku berikan, tidak akan aku cabut. Karena memang ia layak mendapatkan nya"

"Apakan anda yakin? ". Tanya Sekretaris Kim, apakah keputusan seperti itu tidak berpengaruh pada anak-anak nya. Terutama KwangMin.

"Ya pulang sekolah nanti, suruh dia ke ruang kerja ku". Perintah Tuan Jo.

***

Lanjut pelajaran kedua, fisika. HyunMin telah memberikan rumus-rumus yang mudah pada Hyo Bin, sehingga Hyo Bin bisa mengerjakan soal-soal tersebut.

Pukul 12:00 Sekolah telah usai, semua murid pulang, tapi ada juga yang mampir di kafe bersama teman-teman nya untuk mendinginkan otak nya yang telah berkerja mengerjakan ulangan yang Yahh.. kalian bayangkan saja jika dalam satu hari itu, jadwal ulangan nya Matematika dan fisika. Mumet, jelimet, pusing,puyeng,pening. Nano-nano deh rasanya. Tapi kalo untuk murid di korea itu sudah biasa, mereka itu sangat berlomba-lomba dalam pendidikan.

"Hari ini kita mau kemana?". Tanya Jeongmin sedang berjalan bersama Hyunseong.

"Hari ini, kepala ku pusing. Soal-soal itu ingin membunuh ku. Yang benar saja semalaman aku menghafalkan rumus-rumus itu. Guru-guru sepertinya tidak ingin murid nya lulus,mengatur jadwal ulangan dengan sangat kejam. Hari ini aku ingin langsung pulang saja". Ucap Hyunseong lemas, dan Jeongmin malah tertawa mendengar nya.

"Yak Hyunseong, guru-guru di korea itu sudah percaya pada kita, karena murid-murid di korea itu pintar-pintar". Ucap Jeongmin menepuk-nepuk bahu Hyunseong.

***

Hyo Bin, HyunMin, dan KwangMin sudah berada di rumah. Mereka segera merebahkan diri nya ke sofa, ketika memasuki ruang tamu.

"Hyo Bin, kau di suruh ke ruang kerja Tuan Jo". Ucap sekretaris Kim.

KwangMin dan HyunMin memasang wajah bingung, ada apa Appa nya meminta Hyo Bin untuk menghadap nya.

Hyo Bin terlihat bingung, kemudian pergi ke ruang kerja Tuan Jo.

`Tok..Tokk..
Hyo Bin mengetuk pintu ruangan kerja Tuan Jo yang terbuka.

"Tuan, Anda memanggil saya?".
Hyo Bin berdiri di bibir pintu sebelum di persilakan untuk masuk.

Tuan Jo yang sedang menghadap ke arah jendela, memutarkan kursi nya ke depan.
"Hmm ya masuk lah".

Hyo Bin mengangguk lalu masuk dan duduk di kursi yang menghadap tuan Jo.

"Aku mau menanyakan sesuatu".
Ucap Tuan Jo, dengan serius. Membuat Hyo Bin tegang.

"Nde".

"Apa kau mencintai KwangMin?".
Tanya Tuan Jo, membuat Hyo Bin menelan ludah nya. Ia sangat ketakutan, apa yang harus ia katakan.

"Kenapa Anda menanyakan hal itu?". Balas Hyo Bin dengan gugup.

"Karena ini". Tuan Jo menunjukkan video Hyo Bin bersama KwangMin di taman rumah nya.

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Ya Tuhan tolong aku". Batin Hyo Bin mengebu-gebu. Keringat dingin mulai menetes dari pelupuk mata nya. Kedua tangan nya saling berpegangan.

"Kau mau jujur atau pun tidak, tapi keputusan ku sudah bulat. Kau harus pergi dari rumah ku".

Hyo Bin terkejut, mata nya terbuka lebar. Pergi? Kenapa harus pergi? Tidak Hyo Bin tidak bisa pergi dari rumah yang sudah memberi nya kehangatan dan keceriaan berkat KwangMin dan HyunMin.

"Tapi Kenapa Tuan?". Suara Hyo Bin sudah mulai serak, air matanya sudah mengalir. Tidak mungkin ia pergi saat cinta nya pada KwangMin mulai bersemi.

"Kau akan menjadi rumput liar, yang mengganggu anak-anak ku. Jadi rumput liar itu harus aku singkirkan. Tapi kau tenang saja, beasiswa yang telah aku berikan tidak akan aku cabut, karena beasiswa itu kau dapatkan dengan kemampuan mu. Oya, aku juga sudah mempersiapkan beasiswa kuliah mu di amerika. Jadi setelah kau lulus nanti kau bisa melanjutkan Kuliah mu disana".

"Apa? Amerika?".

"Terserah kalau kau tidak mau, aku tidak rugi. Apa kau akan menjadi manusia yang tidak berguna? Kalau kau manusia yang pintar. Kau akan mengambil beasiswa itu".

Hyo Bin terjebak di pilihan itu, itu memang kesempatan emas untuk berjalan menuju kesuksesan. Tapi, kalau ke Amerika rasanya tidak sanggup. Setiap hari KwangMin selalu mengisi hari nya, hari tanpa KwangMin rasanya... Membayangkan nya saja sudah membuat hati Hyo Bin remuk, membuat nya kesulitan bernafas, rasanya udara di dunia ini menghilang, membuat nya sesak. Apa yang harus aku lakukan

Bersambung...